Semut Rang-Rang

Semut Rang-Rang "Cerpen"

          Mei teman yang berekenalan denganku beberapa bulan yang lalu, dia begitu betah duduk menyendiri, aku juga pernah melihatnya tertidur d tempat itu, bukan sekali tp beberapa kali aku tak menghitungnya, dipinggir danau, dibawah pohon beringan. Menurutku dia itu perempuan yang aneh, aku pernah diajak kerumahnya, yang ternyata dihuni oleh beberapa orang suasana rumah ini sangat bising, seperti oenampungan konon dirumah itu tinggal beberapa keluarga. 2 orang adik dr ayah dan satu keluarga dr ibunya, ditambah nenek dan 4 orng adiknya. Mungkin ini alasan mengapa dia senang menyendiri. Aku oernah bertanya mengapa dia selalu berada ditepat itu u mengasingkan dirinya, tapi jawabannya biasa saja.

          Suatu hari aku da mei berjalan menyusuri lembah biru, ditengah perjalanan dia hanya terdianm hanya sesekali dia menjawab pertanyaanku. Ku perhatikan langkahnya yang sederhana, sesekali dia meloncat kecil diatas genangan air dan tanah yNg becek, wajahnya sangat riang ketika itu, nyanyian2 dr suaranya terdengar snagat merdu, terkadang aku menyuruhnya untuk mengulangi, dan dia tifak keberatan untuk melakukannya. Ditengah perjalanan telepon genggamnya berdering. Dia tidak segera mengangkatnya, dipangdang angka2 yang keluar dilayar.sembari bertanya no.siapa ini. Beberapa saat kemudian dia mengangkat teleponnya. Sambil berjalan dia menjawab telepon yang entah dr siapa. Sementara aku yang berjalan trpat disampingnya tak bisa mendengar apa2. Aku hanya bisa menerka-nerka jika Mei mengeluarkan kata-kata. Yang terdengr hanya kata siapa, kapan, dimana, setelah itu komunikasinya terhenti.

"Ayo kita pulang
"Sekarang
"Yup
"Baiklah, tapi apa kamu tak ingin isterahat sebentar.
"Tak usah.
Perjalanan dilanjutkan menuju tempat dimana kendaraan kami terparkir. Luamayan jauh dan menguras energi sampai ketempat itu. Mei sangat lihat mengendarai motornya, dan sesampainya disimpang dekat rumahku mei berhenti.
"Terimakasih ya sudah menemaniku
"Sama2,kamu mau kemana
"Aku mau pulang, mandi dan....e kamu mau menemaniku malam nanti
"Kemana
"Makan malam.
"Ok, jemput  ya.
"Baiklah...

          Sore berganti, gerimis mulai menyambangi kota kami, nampak langit perlahan terttp kabut,,sangat gelap. Sesekali petir menyambar. Dalam hatiku berdecak bisa jadi aku tak ikut ajakan mei malam injam dinding di dalam kamrku menunjukkan pukul 18.37 beberapa menit kemudian mei akan menjemputku, sementara aku belum bersiap2, aku takut hujan deras aka turun percumakan jika aku berpakaian rapi tapi rencananya gagal. Berselang rt beberapa detik sejak aku menengok keluar dari balik jendela, subuah kendaran terdengan berhenti didepan rumahku. Aku pastikan itu kendaraan mei. Aku masih belum yakin dengan perasaanku, parasaaku mengatakan kalau aku ingin menemaninya.sementara mei sdah berada di depan pintu kamarku, aku bisa menebak sentakan kakinya. Kali ini biarkan aku menolak ajakannya.



           Dengan perlahan dia membuka pintu kamar atas perintahku, kemudian persilahkan dia duduk diatas kasurku. Ajakannya sudah kutolak,permohonana maaf jg sudh kusampaikan, tapi mei tetap memaksa,agar aku bs menemaninya malam ini, lima belas menit berlalu kami belum beranjak dr tempat duduk kami perdebatan masih alot, ajakannya sedikit memelas, aku tidak tidak membiarkannya membujukku. Aku tak ingin mengecewakannya, ku pasang celana jens dan jilbabku, kaos lengan pendek ditutupi jaket jadi pilihan koatumku malam ini. Jaga2 siapa tahu nanti hujan betul2 menepati janjinya u menyirami bumi, dan kalau aku menggunakan jaket dinginnya malam ini jg tak akan menusukku dengan maksimal.

Kita kemana
Ikut saja, nanti juga kamu tau
Baiklah, yang pastinya aku tidak mau menemanimu kejalan yang sesat.
Wajahnya berhias senyum tipis mendengar ocehanku.

          Kendaraan perlahan mulai dia gas, kecepatannya 20/km melewati jalan setapak dia mulai menaikkan kecepatan menjadi 40/km, lanjut melewati jembatan kecepatannya makin meningkat menjadi 60/km, aku menggenggam erat bajunya.sesekali aku menegurnya agar berhati2 dan mengurangi kecepatan. Tapi dia tak menggubrisku. Walhasil jarak dr rumahku ke tempat tujuan kami hanya menempuh waktu 11menit. Buset....,

         Ngapain kita kesini, tanyaku sambil melepaskan helmku. Pertanyaanku tidak dijawab, aku malah disuguhi pemandangan yang aneh, mei melepas jilbabnya. Dan membiarkan rambutnya terurai. Alisku mulai mengkerut, sudut bibirku kuangkat tinggi, dan tanganku memukul pelan jidatku. Subehanallah betapa indahnya pemandangan ini ujar hatiku, tanpa sedikitpun berusaha u mengomentari perbuatannya. Mei mengajakku masuk. Rumah makan ini terlihat sangat sepi, hanya ada beberapa pengunjung, dan semua lelaki. Ini kali pertama aku kesini, aku juga br tau kalau ada tempat ini di kota kami. Aku mengikuti mei dari belakang, aku membiarkannya berjalan didepanku, Sepertinya dia sudah sangat mengahafal temapt ini, lumayan besar tempatnya, romantis pula.

         Rumah makan dipinggir danau. Memang tak terlihat dari jalan raya, karna lokasinya di desain sangat apik, dr jalan besar masuk gang sekitar 50m, kemudian turun sedikit, ada tangga kecil menuju kebagian bawah, dsn suasananya remang2 ada beberapa gasebo dipinggir kolan jalannya seperti pematang sawang yang menjadi akses ke gasebo yang lain. Tepat di ujung pemandangan nampak sangat indah, mata kita dimanjakan dengan cahaya lampu, cahaya yang bersumber dari lampu dan obor perusahaan.disetiap gasebo hanya ada lampu 15 watt. Kami berjalan menuju gasebo yang paling ujung. Dsn nampak seorang lelaki oaruh baya sedang duduk sendirian. Apa iya dia sedang menunggu kami, tanyaku dalam hati. Untuk apa lelaki itu mengajak kami makan ditempat seperti ini. Bayangan2 tak pasti bertengger dipikiranku, sementara mei berhenti tepat di depan gasebo dimana lelaki itu duduk. Sambil melepas alas kakinya, dia membalikkan badan dan mengajakku masuk. Aku ikut saja ajakannya. Komunikasi dimulai dengan sapaan lelaki itu kepada kami. Mei membalasnya dan mulaj memperkenalkanku. Lelaki i tu menyodorkan tangannya, sebagai bentuk penghormatan saya membalasnya dengan merai tangannya dan memeprkenalkan diriku. Genggaman tangannya sangat kuat, aku harus menarik tanganku untuk melepaskannya..... Berkali2 lelaki itu nelepaskan pandangan kepada kami secara bergantian. Tatapannya penuh makna, entah apa yang dicarinya.sesekali dia tersenyum jemudian bertaya.

"Mau minun apa, tanyanya sambil tersenyum
Aku wesky, tegas mei
Kamu mau minun apa
Aku teh hangat...,mendengar wesky aku semkin tidak yakin dengan perangai perempuan ini.
Aku mengenalnya sebagai perempuan pendiam yang kecantikannya terpancar dari cahaya matanya yg sell tulus kepada siapapun. Tapi apa yang aku saksikan malam inj berbanding terbalik dengan apa yang aku tahu tentangnya.
"Kenapa? Tanya mei sambil menuang botol wesky ke gelasnya.
"Tidak apa2,silahkan dinikmati
Kamu mau
Tdk terimakasih, aku cukup dengan teh hangat. Kalau aku minum wesky,aku takut tak bisa sampai kerumah nanti. Ucapku sambil mencibirkan bibirku
Jangan heran, apa yang kau lihat tidak sama dengan apa yang kau pikirnya.,bantah lelaki itu
Mei ini istriku.
Oh, aku hanya bisa menggelengkan kepalaku.
Ya, sejak kapan kalian kenal.
Baru beberapa hari yang lalu.jawab mei.
Tidak kami kenal sejak sejak pertama kali perkuliahan.
Jadi selama ini kamu tidak tau.
Sama sekai tidak.
Istri, jadi mei selama ini sudah punya suami, gumamku dalam hati. Perbincangan suami istri ini sangat panjang, isinya caandaan dan olokan. Waktu menunjukkan pukul 9.00, aku meminta mei untuk pulang. Lelaki itu kelihatannya masih ingin bersenda dengan perempuannya. Mei juga tak mau membiarkanku menunggu dampai larut. Perpisahan malam itu akan terulang setelah beberapa hari, itu yang aku dengar. Segera aku berdiri dan meninggalkan tempat dudukku,disusul mei. Lelaki itu sempat mengalanginya, tapi ternyat bukan untuk menyuruhnya duduk kembali melainkan ia memberikan uang kepada mei, jumlhnya banya ada beberapa lebaran uang merah dan biru. Seketika mei meraihnya dan memasukannya kedalam tas.
Kami pulang,
Hati2. Jawab lelaki itu.
Aku yang akan membawa motormu.
Aku tidak mabuk. Jawabannya menampakkan kalau dia masih dalam keadaan sadar, sambil mrmasnag kembali jilbabnya.
Sepanjang perjalan tak sepatah katapun terucap dari bibi kami berdua. Laju kendar Mulai di pelankan. Aku tidak lagi menguatkan genggamanku. Dan sesat lagi aku sampai pintu pagarku sudah kelihatan. Sesampainya didepan rumah mei hanya ngucapkan terimakasih lalu menyodorkanku beberapa lembar uang, tapi aku menolaknya.
“Ini halal”.  sanggahnya kepadaku.
“Bukan itu masalahnya. Aku tidak membutuhkannya”. Matanya menatap penuh kekecewaan dan kemudian uang-uang tadi kemudian dimasukkan lagi kedalam tasnya, dan dia berlalu dari hadapanku tanpa sepatah katapun.
“perempuan aneh,” gerutuku dalam hati.

          Keesokan harinya aku berinisiatif menemuinya ditempat biasa. Pagi-pagi buta aku telah meninggalkan rumah, setahuku setiap hari minggu dia selalu datang lebih awal. Aku ingin menemuinya sekadar meminta penjelasan tentang peristiwa semalam. Ku kayus sepedaku selaju mungkin, agar bisa tiba dengan cepat, sesampainya dipinggir danau, aku melihat beberap wajah asing dihadapanku, tapi aku tak menemui wajah Mei disana, bangku yang biasa mei duduki juga kosong, hanya ada beberapa lembar daun beringin yang menutupi beberapa bagian bangku.
“kemana dia?” tanyaku dalam hati, sambil melihat disekeliling, siapa tahu Mei ada diantara orang-orang disekelilingku. Tapi tak satupun dari mereka adalah temanku Mei.
“apa mungkin dia sakit, akibat meminum wesky semalam?” lagi-lagi pertanyaan itu aku jawab sendiri.

          Posisiku masih di atas sepeda, sepedaku kukayuh lagi menuju bangku kosong itu, aku memarkirnya tepat dibelakang bangku, aku kemudian membersihkan bagian bangku yang akan aku duduki, dan sebahagian lagi kubiarkan tertutupi daun, kakiku kurentang dengan harapan rasa pegal setelah mengayuh sepeda akan hilang. Mataku terus bergerilya mencari sosok perempuan cantik itu, namun setelah beberapa menit berlalu, tak juga nampak batang hidungnya.
“atau jangan-jangan dia belum bangun”. Sedikit harapan tersirat dipikiranku.
Ku ambil telepongenggam dari saku celanaku, satu persatu dari keempat nomornya kuhubungi, dua diantaranya tidak aktif dan satunya lagi sedang berada diluar jangkauan, alhamdulillah nomor yang terakhir aktif, panggilan pertamaku belum diangkat, kedua juga tidak diangkat. Kucoba lagi untuk yang ketigakalinya, sial lagi-lagi Mei tidak mengangkatnya. Panggilan trus kugencarkan hingga hingga telingaku panas dan bosan mendengar suara operator “ nomor yang anda hubungi sedng sibuk”.
“untuk apa aku sepenasaran ini?” tanyaku sambil menggaru kepala, tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalaku.

          Nampak seorang lelaki yang sedang menggem erat tangan kekasinya melintas dihadapanku dan berbisik ketelinga perempuan itu sambil menatapku. Mungkin saja mereka sedang membicarakanku. Entahlah, Mei membuatku seperti orang gila hari ini, aku tidak bisa mengabaikan rasa penasaran ini, walaupun aku sudah mengenalnya beberapa bulan yang lalu, tapi bagiku pertemanan bukan diukur dari jumlah jam kebersamaan, tapi dari kesanggupan kita menjadi orang baik terhadapnya. Apalagi “Meila gadis ini terus saja memberiku pekerjaan, aku bukan detektif pencari fakta”.
Letih ditubuhku sudah terasa berkurang, aku putuskan untuk meninggalkan tempat ini, besok aku juga pasti bertemu dengannya di kampus, kalau tidak aku akan datang kerumahnya. Badanku ku balik untuk meraih sepedahku, dengan perasaan kurang senang. Bagaimana tidak, tujuanku bertemu Mei tidak tercapai, eh... malah di sangka orang gila gara-gara ngomong sendiri.

           Keesokan harinya, aku berangkat kekampus masih dengan tujuan yang sama, bukan semata-mata mengikuti perkuliahan, tapi tujuan utamaku adalah mencari Mei. Itu yang aku lakukan beberapa hari ini, tapi tak seharipun misi ini berhasil. Nihil tak ada hasil, sudah seminggu Mei tak masuk kampus. Pencarianku tak berhenti sampai disini, aku mendatangi rumahnya, walhasil hanya informasi yang aku dapatkan, menurut keluarganya Mei sedang tak dirumah. Dia sedang melakukan study banding ke luar kota. Hebat perempuan ini telah mengelabui keluarganya, tapi sudahlah aku tidak akan mengatakan apapun kepada semua orang termasuk keluarganya.

         “Hari ini hari ke-14, tapi mei belum juga kembali dari study bandingnya.” Gerutuku
Sejak dini hari aku sudah duduk dikursi tempat Mei biasa menghabiskan waktunya, aku pernah duduk bersebelahan ditempat ini sampai berjam-jam, memandangi semut rang-rang yang lalu-lalang di daham pohon beringin, perempuan itu pernah bercerita kepadaku kalau dia senang duduk disini sendirian, kadang dia menghabiskan waktunya untuk bercerita kepada semut-semut itu, katanya semut rang-rang adalah teman terbaik untuk bercerita, banyak hal yang dia tahu tentang Mei, tapi tak sedikitpun dia tak pernah mengeluh, atau sekedar mengguruinya. Mungkin aku bisa bertanya kepada semut-semut ini kemana dimana keberadaan temanku itu, tapi nampaknya aku takkan mendapat jawaban apa-apa. Waktu sudah menunjukkan pukul 20.23 menit, udara sudah terasa sangat dingin, tulang-tulangku mulai kalah dengan udara seperti ini, lagipula danau mulai sepi, hanya ada sepasang kekasih yang duduk jauh diseberang danau. Badanku baru akan aku tegakkkan tiba-tiba dari belakan terasa ada tangan yang memegang pundakku. Sontak aku kaget dan berdiri, aku takut membalikkan badanku.

“sedang apa kamu disini”.
Kubalikkan badanku, sembari mengelus dadaku. Perempuan yang menyapaku ternyata orang yang beberapa hari ini aku cari.
“kau mencariku, untuk apa?, oh aku tahu, pasti kau ingin menghakimiku bukan?”
“siapa bilang?” nada suaraku meninggi
“jadi untuk apa kau mencariku”. Seperti biasa perempuan ini masih mempertahankan sikapnya yang dingin.”
“aku hanya butuh penjelasan, sebagai teman tak ada salahnya jika aku tahu. Lagipula enkau telah melibatkanku dalam perjalanan hidupmu”

“ lelaki itu adalah salah satu dari beberapa suamiku, asal kamu tahu aku punya kelainan seksual. Dan itu telah aku rasakan sejak usiaku sepuluh tahun.

             Tapi baru sejak lulus SMA aku bisa melakukannya secara sah. Aku tidak mau jadi hostes, aku melakukannya dengan halal, setiap laki-laki yang ingin meniduriku harus bisa menikahiku, walau hanya secara sirih. Ini sudah terjadi lama sebelum engkau mengenalku, tiga tahun setelah lulus sekolah aku baru kuliah lagi. Tapi sepengetahuan mereka, aku meninggalkan rumah untuk kuliah, padahal tidak. Aku mendatangi suami-suamiku atau kalau tidak aku menghabiskan waktuku dengan duduk ditempat ini, pernikahanku paling lama bertahan 4 bulan setelah itu entahlah statusku apa, bukan cuma itu keluargaku mengira kalau aku ini anak yang sangat berbakti, bagaimana tidak setiap bulan aku pasti memberinya uang, yang mereka pikir dari hasil kerjaku sebagai seorang pekerja tokoh, padahal uang itu aku dapat dari hasil kerja kerasku diatas rangjang  . tak ada yang tahu cerita ini kecuali kau dan semut-semut itu. Dan hingga saat ini masih ada beberapa lelaki yang harus menunggu giliran untuk aku datangi. Diantara mereka ada yang setelah tahu kalau aku memiliki lelaki lebih dari satu langsung meninggalkanku, ada juga yang mengap hal ini biasa-biasa saja, mungkin dipikirannya seperti itulah profesi hostes. Aku tidak pernah peduli dengan ocehan mereka. Bagiku ini takdir yang harus aku hadapi, tuhan menginginkannya, aku hanya menjalankanya”. Kasihan, mata perempuan ini berkaca-kaya.

            “aku mengajakmu menemui laki-laki itu, bukan karena aku ingin kau terlibat dalam kehidupanku. Melainkan aku ingin kau menjadi saksi, kelak jika ada yang menganggap aku ini pelacur. Maka kau akan mengatakan kepada mereka perihal yang sesungguhnya. Karna semut-semut itu takkan pernah bisa jujur untuk membelaku. Oh ya, hingga saat ini tak satupun dari keluargaku yang tahu kehabatanku ini. Dan jika suatu saat mereka tahu mungkin saja mereka akan kecewa atau bahkan membunuhku, pada saat itu kau jangan membelaku. Cukup engkau tahu kalau aku tidak seburuk yang mereka bayangkan, hingga jika aku mati, aku akan tetap percaya bahwa dari sekian banyak orang yang membenciku. Masih ada orang baik untukku, yaitu kau dan semut-semut rang-rang ini”.

           Apa yang harus aku lakukan, air mataku tak sanggup kubendung, kurangkul tubuhnya yang kecil, aku merasakan detak jantungnya yang kencang, perempuan ini hebat, Sejujurnya aku kecewa kepadanya, meski tak bisa aku sampaikan, tapi kekecewaan itu akan kusembunyikan hingga nanti dia bisa mendapatkan kebahagiaan, aku akan membiarkannya menganggapku baik. Aku yakin rencana hebat akan dia dapatkan dari tuhan, keyakinanku sangat kuat, Mei perempuan baik setiap kali bersamanya dia selalu menghadirkan tuhan dihatinya. Mei ingin menjadi permainsuri, selayaknya perempuan dunia semut. namun kisah hidupnya tak seperti semut rang-rang, pasalnya semut memiliki satu permainsuri yang sangat diagung-agungkan, permainsuri ini bertugas untuk melahirkan generasi-generasi semut. Kemudian sang permainsuri diberi kasih sayang oleh semua semut jantang, dibuahi dan dirawat baik-baik. Bukan itu saja permainsuri semut memiliki kekuasaan yang sangat besar, dia mampu mengendalikan semua pejantan untuk tunduk kepadanya. Mei sangat ingin seperti permainsuri dunia semut, tapi kenyataannya berbeda. Mungkin saja Mei bisa menundukkan pejantan disekelilingngnya, tapi dia tak bisa menguasai pejantang-pejantan itu secara utuh. Terlebih lagi dunia semut dan manusia berbeda, tentu saja kehidupan Mei saat ini bukan kehidupan yang nikmat. Ada banyak masalah yang akan dihapinya kelak, termasuk ketika keluarganya tahu apa yang sesungguhnya telah terjadi kepadanya.

           Aku merasa kisah ini hanya permainan hidup semata, mungkin saja satu diantara perempuan di dunia ini harus menjalani kehidupannya dengan tantangan, harus dengan cerita seperti apa yang dialami temanku ini. Semua bisa saja terjadi, semua bisa menjadi kenyataan, dan semua hal bisa dicegah bahkan bisa diubah, tergantung bagaimana banusia menjalaninya, tuhan hanya menentukan tema untuk scenario bagi hidup manusia, sedangkan manusia diberi kebebasan untuk menentukan alur dan jalan ceritanya, jika ia berhasil untuk mengakhirinya dengan baik maka tuhan akan memberikan penilaiyan yang baik pula, manusia harus pandai menyelesaikan setiap evaluasi. Karna setiap hari dari peristiwa hidup adalah ujian. Mei adalah salah satu gambaran singkat tentang peliknya persoalan hidup. Terkadang kita menggugurkan kebaikan kita hanya untuk mencela dan berargumen tentang keburukan orang lain, sementara kita tidak pernah berusaha untuk memberinya kesempatan berfikir bahwa kita adalah orang baik. Seandainya saja kebaikan hidup itu adalah milik Mei mungkin saja dia tidak akan pernah dipertemukan denganku.

           Pelukanku saat itu bisa membuatnya tersenyum, aku menggenggam erat tangannya, sembari  mengajaknya tidur dirumahku malam ini, tapi dia menolak. Katanya sebentar lagi seorang lelaki akan menjemputnya. Sementara malam semakin larut, aku pamit kepadanya. Tatapannya membuatku menghela nafas panjang, aku meninggalkanya duduk sendiri dibangku itu. Cahaya lampu jalan dan semut rang-rang akan menemaninya menunggun lelakinya. Kakiku kulangkahkan menjauh darinya, sesekali aku menengok kebelakang, tapi tak sedetikpun dia menoleh melambaikan tangannya untukku, entahlah apa yang ternyadi padanya saat ini, mungkin saja dia sedang menangis.

“Tuhan dia milikmu, maka jagalah hingga dia bertemu dengan kebahagian”.

Ending.



Satria R